Jumat, 01 Mei 2015

Perempuan Kurus, Sehat dan Hemat



Disaat perempuan lain melakukan berbagai macam diet untuk membuat tubuhnya yang dianggap gemuk menjadi ideal, saya melakukan sebaliknya. Mungkin di dunia ini, perempuan kurus yang susah gemuk dari lahir sampai mau menginjak usia dewasa termasuk kalangan minoritas karena tidak banyak diekspose oleh media apapun. Tidak sedikit orang memandang orang kurus seperti saya (umur 21 tahun, tinggi badan 163 cm, berat badan 45 kg) adalah orang yang rentan terhadap paparan penyakit alias sering sakit-sakitan. Pada kenyatannya saya adalah orang yang jarang sakit dan belum pernah dirawat inap di rumah sakit. Serius. Waktu kecil saya sampai pernah bercita-cita ingin dirawat dirumah sakit dengan jarum infus menancap ditangan. Saking penasaran bagaimana rasanya jadi pasien yang tidur di ruang perawatan rumah sakit, saya masih menyimpan cita-cita itu sampai SMA. Setiap malam saya selalu membayangkan saya bisa mengalami kecelakaan berat yang bisa membuat saya masuk rumah sakit dan diinfus. Tapi itu tidak pernah terjadi sampai akhirnya saya berhenti berharap cita-cita itu menjadi kenyataaan.
Sejak saat itulah, dalam pikiran saya semakin kuat untuk mengikis pandangan bahwa orang kurus berarti orang yang gampang sakit. Saya selalu mencoba memberi pengertian kesetiap teman yang saya ketahui mempunyai pandangan tersebut. Keadaan saya yang kurus memang mungkin bawaan gen orang tua. Sedangkan keadaan saya yang sehat-sehat saja ini merupakan dampak pola hidup keluarga saya yang memang sehat. Mulai dari kesehatan jasmani seperti masalah makanan, dan olah raga cukup, kesehatan rohani seperti penanaman iman, kasih sayang, ilmu, hiburan yang cukup dan lingkungan rumah yang sehat sangat mendukung kehidupan saya. Terimakasih untuk bapak dan ibuku tercinta yang telah mengenalkan dunia dengan cara yang sehat dan bahagia.
Kenyamanan hidup dalam keluarga harus diberi jarak untuk membuat saya menjadi pribadi yang kuat dan mandiri. Kuliah yang menjadikan saya tinggal jauh dari rumah memaksa saya membuat pola hidup sehat sendiri. Penyakit mulai sering muncul semenjak saya kuliah. Akibat sering telat makan, tidur larut malam, dan sering pergi jauh naik motor, saya sering disambangi penyakit yang dikamus orang Indonesia disebut masuk angin dan penyakit umum bangsa mahasiswa yang disebut mag. Dengan uang yang dikirim orang tua tiap bulan, saya harus membagi-bagi untuk biaya hidup sehari-hari, tugas-tugas kuliah termasuk laporan praktikum, dan menabung. Menurut saya, sebagai perempuan penting untuk mempunyai uang tabungan meskipun itu tidak seberapa. Secara otomatis, untuk bisa menabung, saya harus mengirit dan menahan segala hawa nafsu dan godaan membelanjakan uang untuk hal tidak penting. Kondisi lambung saya yang terlalu banyak memproduksi asam lambung membuat saya tidak bisa mengurangi jatah makan saya.
Pada awal kuliah saya merasa sulit dalam mengubah kebiasaan di rumah untuk makan besar 3 kali, tiap pagi (05.00 - 08.00), siang (11 - 14),dan malam (18.00 - 21.00). Namun setelah mengalami penyesuaian, alhasil saya mulai berprinsip untuk selalu sarapan, hanya makan besar saat benar-benar lapar, sering makan dan selalu minum air putih setelah makan. Jangan bayangkan sering makan disini artinya makan besar berkali-kali. Sering makan disini berarti sering ngemil makanan sehat yang bisa dibuat sendiri (contoh: nasi gula jawa, bubur sumsum, roti goreng,dll). Kreatif dan tahan godaan hedon mutlak diperlukan untuk mewujudkan gaya hidup sehat yang hemat sekaligus sayang lambung yang sudah terlanjur mag.
Perut yang terbiasa makan pada waktu yang terjadwal seperti dirumah, akan merasa tersiksa jika pada jam tersebut belum makan, sehingga solusinya adalah makan secara sering dan tidak terjadwal. Jangan malas untuk memasak nasi sendiri karena kita hanya perlu membeli lauk dan sayur diwarung yang secara otomatis mengurangi budget uang makan. Tahan untuk membeli minuman yang harganya setengah dari makanan yang kamu makan diwarung makan, lebih baik minum air putih. Air putih lebih menyehatkan dan hemat. Komposisi makanan seperti karbohidrat, protein nabati dan hewani, vitamin dan mineral, lemak, dan serat selalu menjadi panduan yang tepat agar badan tetap sehat. Ditambah lagi dengan menjaga tubuh agar tidak dehidrasi dengan sering minum air putih.
Simpanlah stok makanan untuk hidup tiap minggu. Timbunan bahan makanan yang bisa digunakan untuk makan praktis  dan sehat yaitu :
1.      Bahan makanan utama sebagai sumber karbohidrat, serat, dan protein seperti beras, mie instan, sereal, kentang, kacang hijau, roti tawar, tepung terigu dan tepung beras,
2.      Bahan makanan pendamping sebagai sumber protein, kalsium, mineral, serat seperti tahu bakso (khas semarang), rempeyek ikan asin, abon, tempe, susu sachet, telur, sosis, bakso, krupuk, makaroni dan teri,
3.      Sayuran dan buah sebagai sumber vitamin dan serat seperti wortel, bunga kol, cesin. Buah untuk mencegah asam lambung meningkat adalah buah apel dan buah naga.  
4.      Serta bahan pelengkap sebagai sumber mineral, gula, dan vitamin seperti garam, abon cabai, bawang putih, merica, gula jawa, gula pasir, kecap,dan saos.
Biasanya saya menggunakan kombinasi menu yang berbeda untuk masing-masing minggu dalam sebulan, jadi tidak dibeli semua sekaligus dalam seminggu. Makanan untuk sarapan tidaklah perlu terlalu kenyang. Saya pernah menggunakan menu sarapan seperti: semangkuk sereal + susu, wortel rebus + kentang goreng + tahu bakso goreng + saos dan segelas susu, roti tawar + susu kental, bubur sumsum (tepung beras + gula jawa), bubur kacang hijau, bubur nasi sayur, atau bubur nasi gula jawa. Menu makan sering bisa dilakukan dengan makan masakan sisa sarapan atau membuat camilan seperti roti goreng (tepung terigu + susu kental).  Segelas susu dapat menyelamatkan diri saat lapar dan belum menyiapkan makanan lain. Berbagai macam kering, seperti kering tempe, kering teri, maupun kering kentang bisa dibuat sekaligus untuk menangani perut sangat lapar sewaktu waktu.
Selain memperhatikan komposisi asupan makanan, setiap minggu saya juga melakukan olah raga. Kebetulan setiap jum'at pagi, ditempat saya kuliah ada senam bareng rektor dan ada sarapan gratisnya juga (hehe...). Selain itu, olahraga tidaklah selalu harus lari atau melakukan permainan seperti voly badminton, dst. Bagi saya, kegiatan bermanfaat seperti mencuci baju, mencuci motor, dan membersihkan kamar yang dilakukan sendiri merupakan kegiatan olah raga tambahan. Siapkan obat-obat oles seperti balsem, krim pereda sakit otot, sebagai penolong pertama saat badan menunjukkan gejala yang tidak biasa.
Kebiasaan lainnya untuk menjaga badan tetap sehat adalah selalu berpikiran positif dan tentu tidak malas. Setiap gerimis saya tidak malas untuk menggunakan mantel, agar tubuh tidak kedinginan yang menjadi awal untuk masuk angin. Selain itu, jika sudah asik di depan laptop saya selalu meletakkan botol berisi air putih untuk minum agar tidak dehidrasi. Bagi orang kurus juga tidak boleh tidur terlalu larut apalagi begadang sampai pagi. Lebih baik tidur sebelum jam 00.00 dan bangun saat jam 04.00 untuk melanjutkan apa yang belum selesai dikerjakan.

Jangan suka memaksakan diri, karena tubuh punya keterbatasan. Perlu selalu diingat bahwa hanya diri kita yang tau seberapa kemampuan diri kita baik secara fisik maupun pikiran.  Jangan lupa selalu berdoa memohon kesehatan kepada Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pikiran sehat akan menghasilkan tubuh yang sehat pula. Jika rasa malas mulai muncul, carilah tantangan yang bisa membuat otak berpikir. Sebagai contoh dengan mengikuti kompetisi kecil yang biasa ada di internet. Selain itu, membaca buku juga bisa mencegah otak kita berpikir untuk malas. Jangan biarkan pikiran kita kosong sejenak sehingga bisa menimbulkan rasa malas, stress dan tetekan yang bisa memudahkan kita menjadi sakit. Jadi, selama jadi mahasiswa ini saya bisa hidup sehatan hemat dengan cara selalu sarapan, makan besar saat lapar, makan secukupnya, banyak minum air putih, olah raga, tidak tidur larut malam, berdoa, dan mencegah diri dari rasa malas. (by: Dian Hidayah Syarifah).

Senin, 27 April 2015

POTENSI COPEPODA SEBAGAI PENGGANTI ARTEMIA IMPOR DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN AIR LAUT INDONESIA

Perikanan budidaya dimasa mendatang mempunyai peluang sebagai penggerak ekonomi sekaligus menjadi salah satu produk ketahanan pangan Indonesia. Pemenuhan permintaan ikan dunia dari penangkapan suatu saat nanti akan menemui titik kejenuhan karena adanya overfishing. Potensi budidaya laut Indonesia terbuka lebar untuk memenuhi permintaan dunia akan ikan tersebut, apalagi didukung oleh visi Kementrian Kelautan dan Perikanan yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan dan kelautan terbesar didunia pada tahun 2015. Ketersediaan benih yang berkualitas seperti benur yang dihasilkan oleh CP Prima memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha budidaya. Saat ini ketersediaan benih ikan laut yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi masih sulit tercapai karena berbagai permasalahan seperti kualitas induk, kualitas pakan, dan teknologi yang digunakan.
Penggunaan pakan alami Artemia impor dalam pembenihan berbagai jenis komoditas laut di dunia masih sangatlah dominan. Komoditas ekonomi penting perikanan laut seperti kerapu, bawal bintang, kakap, tuna, lobster, maupun udang yang meningkat membuat permintaan artemia impor selalu tinggi. Begitu juga dengan CP Prima sebagai perusahaan yang juga memproduksi benur dengan pakan Artemia impor.  Berdasarkan data KKP (2013), pemenuhan kebutuhan artemia bergantung pada impor hingga mencapai 97.259 (US$ 1743970) pada 2010 dan 80.010 kg (US$ 1.604.869) pada 2011. Disisi lain, fakta menunjukkan kandungan nutrisi rotifer dan artemia belum mencukupi kebutuhan nutrisi larva ikan laut, khususnya pada kandungan eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) (Molejon dan Alvarez-Lajonchere, 2003; Olivotto et al., 2010; Santhanam dan Perumal, 2012).
Perlu ada pengganti Artemia impor mengingat permintaan artemia impor dari seluruh penjuru dunia akan meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi budidaya perikanan laut, sedangkan stok artemia di alam terbatas. Pengembangan artemia lokal yang merupakan upaya budidaya artemia impor dengan tambak garam di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan karena terkendala aspek bioteknis. Perlu ada pemanfaatan sumberdaya pakan alami dari perairan Indonesia sebagai pakan alami pengganti Artemia impor yang secara jelas harganya tidaklah murah. Di negara lain seperti Jepang, Korea, India, dan Norwegia sudah mulai mengkaji pengembangan budidaya copepoda skala massal untuk menggantikan posisi Artemia impor sekaligus rotifer.
Beberapa kajian menyatakan bahwa copepoda dapat digunakan sebagai pengganti Artemia impor dalam pembenihan ikan laut. Copepoda memenuhi kualifikasi sebagai pakan alami yang baik dan memiliki keunggulan dibanding Artemia impor dalam kandungan nutrisinya. Kandungan EPA, DHA dan omega 3 copepoda memiliki angka lebih tinggi dibandingkan Artemia (Olivotto et al., 2010). Kandungan nutrisi tersebut penting dalam mendukung pertumbuhan larva ikan laut dan meningkatkan kualitas serta kuantitas benih termasuk menjaga daya tahan stres, sehingga bisa memenuhi permintaan benih untuk pembesaran. Kajian untuk kultur masal berbagai jenis copepoda seperti Acartia tonsa, Trigriopus sp., dan Oithona sp sudah banyak dilakukan. Penelitian Oithona sp. sebagai pakan alami dibandingkan dengan Artemia dan rotifer atau dengan copepoda jenis lain pada larva ikan laut juga sudah dilakukan. Beberapa diantaranya menunjukkan peningkatan pada masing -masing kandungan eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Aliah et al., 2010), kelulushidupan kuda laut (Hippocampus kuda) (Redjeki, 2007) dan pertumbuhan dan kelulushidupan kakap (Lates calcalifer) (Santhanam dan Perumal, 2012). Kajian kelayakan ekonomi produksi copepoda untuk penggunaan komersial oleh Abate et al. (2014) menunjukkan bahwa produksi intensif copepoda telah terbukti layak secara ekonomis  dan kompetitif dengan pakan alami yang ada saat ini. Seiring kemajuan teknologi di bidang perikanan, suatu saat nanti akan ditemukan kemudahan penggunaan copepoda seperti halnya kemudahan dalam penggunaan kista  Artemia.

Daftar Pustaka :
Abate, T. G., R. Nielsen, M. Nielsen, G. Drillet, P.M. Jepsen, and B.W. Hansen. 2014. Economic Feasibility of Copepod Production for Commercial use: Result from a Prototype Production Facility. Aquaculture (2014), doi: 10.1016/j.aquaculture.2014.10.012.
Aliah, R.S., Kusmiyati dan D. Yaniharto. 2010. Pemanfaatan Copepoda Oithona sp. sebagai Pakan Hidup Larva Ikan Kerapu. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.,12(1): 45 - 52.
Molejo´n, O.G.H and L. Alvarez-Lajonche`re. 2003. Culture Experiments with Oithona oculata Farran, 1913 (Copepoda: Cyclopoida), and It’s Advantages as Food for Marine Fish Larvae. Aquaculture., 219: 471 – 483.
Olivotto, I., N.E. Tokle, V. Nozzi, L.  Cossignani and O. Carnevali. 2010. Preserved Copepods as a New Technology for The Marine Ornamental Fish Aquaculture: a Feeding Study. Aquaculture., 308: 124 – 131.
Redjeki, S. 2007. Pemberian Copepoda Tunggal dan Kombinasi Sebagai Mikroalga Kuda Laut (Hippocampus). Universitas Diponegoro, Semarang., 12(1): 1 - 5.
Santhanam, P. And P. Perumal. 2012. Evaluation Of The Marine Copepod Oithona rigida Giesbrecht As Live Feed For Larviculture Of Asian Seabass Lates calcarifer Bloch With Special Reference to Nutritional Value. Indian J. Fish., 59(2) : 127 - 134.

Selasa, 05 Maret 2013

Telaah Jurnal Strategi Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat Perikanan



a.                  Alasan pemilihan judul jurnal
            Dalam sebuah upaya untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik diperlukan strategi komunikasi yang tepat. Jurnal “Strategi Komunikasi dan PembangunanMasyarakat Perikanan” yang ditulis oleh Marzuki  Noor  akan menjelaskan strategi tepat untuk membangun masyarakat perikanan sebagai produsen utama yang tidak dirugikan. Isi jurnal ini juga dapat dikaitkan dengan dakwah dalam Islam untuk membentuk masyarakat berakhlak. Usaha yang dilakukan antara pembangunan masyarakat perikanan dengan berbagai pendekatan dan pembangunan masyarakat berakhlak Islam memiliki beberapa kesamaan, yaitu dalam bidang pendekatan misalnya perlu adanya perencanaan yang berorientasi  pada pemecahan masalah yang didasarkan pada kesesuaian dengan ojek masalah, kemudian perlu adanya pengorganisasian yang lebih baik dan berkesimanbungan.

b.                  Intisari jurnal
            Peran serta masyarakat adalah merupakan sasaran sekaligus alat mencapai tujuan pembangunan, masyarakat  sendirilah yang lebih  memahami  kebutuhan serta prioritasnya, karenanya merekalah yang berperan sebagai pelaku dan pengambil manfaat. Strategi pembangunan desa hanya dapat diwujudkan sepenuhnya dengan menggerakkan   keterlibatan  aktif  dan organiasi pada tingkat paling dasar atau masyarakat desa terutama pada tingkat tidak  beruntung.  Masyarakat pada lapisan terbawah  ini perlu  organisasi tersendiri, perselisihan antar mereka diselesaikan dengan cara mareka dan yang menguntungkan mereka. Dalam organisai campuran, kepentingan utama yang miskin jarang  tercermin. Tidak ada cara- cara yang sederhana mengobati dan menyelesaikan masalah tersebut, tetapi pendekatan yang lebih sabar lengkap, terpadu dan serempak   untuk merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan perikanan skala kecil  akan  memberikan hasil positif  yang tidak dapat  dicapai dengan cara  lain. Bentuk-bentuk dasar organisasi pada tingkat dasar dapat digerakkan bersamaan dengan partisipasi mereka, dan untuk itu diperlukan   upaya  menghimpun  dan  menggerakkan  bentuk-bentuk  organisasi  dasar dan partisipasi sehingga terbentuk Pusat Masyarakat Perikanan  (PMP) yang dinamis. Makna Pusat Masyarakat Perikanan (PMP) adalah kompleks fasilitas dan pelayanan yang dijalin untuk  memenuhi  kebutuhan  masyarakat nelayan setempat. Strukturnya bisa terletak dalam satu tempat atau lokasi, dapat juga tersebar dalam satu desa bila diperlukan secara khusus untuk menyesuaikan dengan kemungkinan desa tertentu. Hal yang penting adalah bahwa  fasilitas-fasilitas  yang  diperlukan  ada,  dan ditempatkan secara fisik  dan  dijalankan dengan pengaturan yang layak satu  sama  lain  dan dalam keterjangkauan masyarakat. PMP bukanlah sekadar merupakan kumpulan gudang, toko, bengkel, dsb, melainkan merupakan  pusat  kehidupan perikanan  di desa. Di sinilah nelayan menyatakan kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya, memperoleh penyuluhan, merundingkan harga,  pengiriman   barang,  mendapatkan pelayanan sosial lainnya.
            Dalam kajian tentang strategi komunikasi pembangunan PMP ini lebih menekankan pada strategi partisipatori. Dengan menggerakkan mengorganisir menangani bentuk-bentuk dasar  organisasi kelompok  nelayan serta kegiatannya akan melahirkan partisipasi masyarakat,   gerak dan arah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat nelayan merupakan wujud pertumbuhan pribadinya. Dengan demikian, dalam pembangunan PMP ini lebih ditekankan pada pengalaman keikutsertaan nelayan dalam membangun dirinya dan lingkungannya. Keikutsertaan masyarakat ini sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Strategi komunikasi dalam pembangunan  PMP pada hakikatnya  merupakan  cara  untuk  menggerakkan  bentuk  organisasi dasar dan partisipasi dari masyarakat nelayan dalam perencanaan, penyelenggaraan,  dan mengemasi. Jadi dalam pembangunan PMP lebih ditekankan pada pemberian pengalaman keikutsertaan nelayan dalam membangun diri dan lingkungannya sendiri.
            Perikanan  skala kecil  baik di darat maupun  di laut  telah  memberikan lapangan kerja dan mata pencaharian bagi nelayan, keluarganya, dan buruh. Berbeda dengan   industri perikanan besar,  usaha perikanan skala kecil ini menggunakan  sumber yang lebih asli dan hemat biaya, energi, perlengkapan, prasarana dan devisa. Usaha ini juga sering memberikan "benefit costratio" yang lebih besar daripada usaha perikanan besar,lebih efektif menyumbang swasembada dan ekonomi nasional serta  menghasilkan keuntungan sosial lebih banyak.
            Secara spesifik PMP bertujuan: (1) Agar masyarakat nelayan dapat berproduksi dengan baik, tanpa ikatan denganjuragannya,  (2) Dapat menjual hasilnya dengan   harga  yang  layak, (3) Dapat  menjangkau kebutuhan hidupnya dengan cepat, dalam lingkungan                                                            masyarakatnya sendiri yang meliputi: (a) Dapat membeli kebutuhan pokok (sandang, papan, pangan), maupun kebutuhan penunjang lainnya dengan mudah dan murah. (b) Dapat menerima pelayanan teknis produksi dan pemasaran  dengan mudah.  (c) Dapat menerima pelayanan sosial, informasi dsb dengan cepat.
            Beberapa komponen pokok PMP meliputi: (I) Warga masyarakat nelayan,  (2)Kelompok organisasi (himpunan nelayan, himpunan pengolah, himpunan pedagang,  himpunan wanita nelayan, dsb), (3)Penyelenggara pemilik fasilitas dan pelayanan (perseorangan, koperasi, perusahaan swasta, pemerintah), (4) Tim pengawas (wakil pemerintah, wakil UPP, wakil penyelenggara, wakil tim ahli), dan (5) UPP (Unit Pembinaan Perikanan).
           
c.                   Manfaat jurnal bagi perubahan masyarakat dan mahasiswa
            Jurnal ini akan memberikan informasi tentang bagaimana strategi untuk membangun masyarakat perikanan yang lebih baik. Bila pembangunan PMP seperti dalam jurnal ini akan terwujud, masyarakat khususnya nelayan akan mendapat kemudahan untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidup serta informasi dengan cepat. Masyarakat nelayan akan sadar dengan keadaan perekonomian mereka yang belum tertata. Masyarakat akan mengerti peran mereka dalam sebuah organisasi dasar yang akan dibentuk demi kesejahteraan hidup mereka. Masyarakat akan mendapat pengalaman yang berharga dalam membangun lingkungannya sendiri mulai dari perencanaan. Hubungan silaturahmi yang baik juga akan tercipta dengan adanya PMP ini. Agama Islam menghendaki terciptanya kehidupan harmonis dalam setiap anggota masyarakat dan Islam juga menghargai hak pribadi, tetapi Islam lebih mengutamakan kepentingan bersama yang tidak bertentangan dengan nilai- nilai Islam.
            Mahasiswa akan mendapat pengertian bahwa dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk membangun masyarakat nelayan yang sejahtera. Organisasi – organisasi besar tidak akan bisa mengatasi masalah yang timbul di masyarakat golongan bawah, jadi dibutuhkan organisasi dasar yang dimotori oleh masyarakat bawah itu sendiri. 

d.                  Kesimpulan dan saran
1.                  Kesimpulan
            Jurnal ini mengandung isi yang nyata dan dapat dipraktekan dalam lingkungan masyarakat nelayan. Pemikiran jurnal ini membuka pikiran bahwa tidak semua rencana pembangunan masyarakat harus dijalankan dari pemerintah atas, melainkan dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Pendekatan partsipatif dan prinsip keterpaduan penting dilakukan dalam pembangunan masyarakat nelayan.      
2.                  Saran
            Saran yang dapat disampaikan dalam telaah jurnal ini yaitu sebaiknya pembangunan PMP ini segera dapat disosialisasikan mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia didominasi oleh masyarakat nelayan. Sosialisasi dapat disampaikan melalui dakwah, karena dalam dakwah terjadi interaksi dan komunikasi antara banyak komponen masyarakat yang ada, baik ulama, pemerintah, umat, dan hartawan serta kaum cendikiawan lainnya beserta masyarakat umum. Dakwah akan menumbuhkan kesadaran pada umat dan dengan adanya dakwah dapat terjadi revormasi bahkan revolusi sosial yang pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas diri pribadi dan demi kemajuan bersama.

Kamis, 27 Desember 2012

Faktor Density Independency Terkait dengan Pola Rekruitmen dalam Biologi Perikanan



Density atau dalam bahasa Indonesia berarti kepadatan merupakan banyaknya populasi dalam satu ruang. Kepadatan memiliki peran penting dalam bidang budidaya perairan mengingat hal ini akan mempengaruhi kandungan oksigen di perairan, kompetisi pakan, ataupun kompetisi dalam mendapatkan pasangan untuk berkembangbiak. Kepadatan suatu populasi yang terlalu tinggi bisa menyebabkan dampak negatif bagi ekosistem, namun dengan menghitung kepadatan kita juga akan mengetahui perubahan populasi pada suatu waktu tertentu baik itu bertambah atau berkurang.
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara yaitu:
1. Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal seluruhnya.
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu populasi per satuan ruang habitat.
Densitas populasi apabila fluktuasinya diperhatikan maka dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent) dan faktor kepadatan tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap anggota populasi secara merata. Density dependen merupakan pendorong terjadinya fluktuasi kepadatan populasi. Secara umum ketersediaan makanan merupakan density dependen, demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa migrasi.
Pola rekruitmen merupakan pola dalam penambahan stok individu dalam populasi. Bila dikaitkan, maka density independent akan mempengaruhi pola rekruitmen suatu populasi. Sebuah populasi akan merubah kebiasaan mereka seiring dengan perubahan lingkungan. Erupsi gunung berapi akan menimbulkan lahar panas yang mengaliri sungai-sungai dilereng gunung. Erupsi ini akan membuat beberapa spesies ikan lokal di sungai itu mengalami kepunahan, sehingga populasinya juga hilang. Kekeringan yang melanda KJA di waduk akan membuat kadar salinitas meningkat karena suhu panas akan mempercepat evaporasi, hal ini akan membuat ikan stress dan mati. Hujan deras -apalagi bersifat asam- membuat perairan bergeser nilai pH-nya kemudian akan berdampak pada populasi ikan yang peka terhadap perubahan pH. Perubahan iklim yang ekstrem akan membuat pertumbuhan ikan relatif stagnan atau bergerak lambat. Secara perlahan hal ini akan membuat jumlah populasi ikan menurun. Perubahan iklim dapat mengubah rantai makanan laut secara keseluruhan dan sumberdaya perikanan khususnya, karena perubahan iklim akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan. Berubahnya rantai makanan akan membuat struktur populasi ikan berubah. Fenomena ini sudah banyak teramati di Indonesia, antara lain ditandai dengan bergesernya musim ikan, dan berubahnya fishing ground kelompok ikan jenis tertentu. Suhu perairan yang tidak stabil akan mempengaruhi distribusi dan kemampuan reproduksi ikan. Terhadap perikanan budidaya perubahan ini juga akan berdampak antara lain melalui pengaruh berbahaya kualitas air, peningkatan penyakit pest dan penyakit-penyakit lainnya.

sumber bahan tulisan:
Handout ekologi
Amarullah, Muhammad Husni. 2008. HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN. J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal. 75 - 80 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043. Peneliti Ekologi Reproduksi Ikan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Akibat Perubahan Iklim, Ukuran Ikan Menyusut 

Hujan Deras, Picu Kematian Ikan Nila di Waduk Cengklik

Populasi Ikan di Indonesia Kian Menyusut