Kamis, 27 Desember 2012

Faktor Density Independency Terkait dengan Pola Rekruitmen dalam Biologi Perikanan



Density atau dalam bahasa Indonesia berarti kepadatan merupakan banyaknya populasi dalam satu ruang. Kepadatan memiliki peran penting dalam bidang budidaya perairan mengingat hal ini akan mempengaruhi kandungan oksigen di perairan, kompetisi pakan, ataupun kompetisi dalam mendapatkan pasangan untuk berkembangbiak. Kepadatan suatu populasi yang terlalu tinggi bisa menyebabkan dampak negatif bagi ekosistem, namun dengan menghitung kepadatan kita juga akan mengetahui perubahan populasi pada suatu waktu tertentu baik itu bertambah atau berkurang.
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara yaitu:
1. Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal seluruhnya.
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu populasi per satuan ruang habitat.
Densitas populasi apabila fluktuasinya diperhatikan maka dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent) dan faktor kepadatan tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap anggota populasi secara merata. Density dependen merupakan pendorong terjadinya fluktuasi kepadatan populasi. Secara umum ketersediaan makanan merupakan density dependen, demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa migrasi.
Pola rekruitmen merupakan pola dalam penambahan stok individu dalam populasi. Bila dikaitkan, maka density independent akan mempengaruhi pola rekruitmen suatu populasi. Sebuah populasi akan merubah kebiasaan mereka seiring dengan perubahan lingkungan. Erupsi gunung berapi akan menimbulkan lahar panas yang mengaliri sungai-sungai dilereng gunung. Erupsi ini akan membuat beberapa spesies ikan lokal di sungai itu mengalami kepunahan, sehingga populasinya juga hilang. Kekeringan yang melanda KJA di waduk akan membuat kadar salinitas meningkat karena suhu panas akan mempercepat evaporasi, hal ini akan membuat ikan stress dan mati. Hujan deras -apalagi bersifat asam- membuat perairan bergeser nilai pH-nya kemudian akan berdampak pada populasi ikan yang peka terhadap perubahan pH. Perubahan iklim yang ekstrem akan membuat pertumbuhan ikan relatif stagnan atau bergerak lambat. Secara perlahan hal ini akan membuat jumlah populasi ikan menurun. Perubahan iklim dapat mengubah rantai makanan laut secara keseluruhan dan sumberdaya perikanan khususnya, karena perubahan iklim akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan. Berubahnya rantai makanan akan membuat struktur populasi ikan berubah. Fenomena ini sudah banyak teramati di Indonesia, antara lain ditandai dengan bergesernya musim ikan, dan berubahnya fishing ground kelompok ikan jenis tertentu. Suhu perairan yang tidak stabil akan mempengaruhi distribusi dan kemampuan reproduksi ikan. Terhadap perikanan budidaya perubahan ini juga akan berdampak antara lain melalui pengaruh berbahaya kualitas air, peningkatan penyakit pest dan penyakit-penyakit lainnya.

sumber bahan tulisan:
Handout ekologi
Amarullah, Muhammad Husni. 2008. HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN. J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal. 75 - 80 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043. Peneliti Ekologi Reproduksi Ikan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Akibat Perubahan Iklim, Ukuran Ikan Menyusut 

Hujan Deras, Picu Kematian Ikan Nila di Waduk Cengklik

Populasi Ikan di Indonesia Kian Menyusut

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar