Density
atau dalam bahasa Indonesia berarti kepadatan merupakan banyaknya populasi
dalam satu ruang. Kepadatan memiliki peran penting dalam bidang budidaya
perairan mengingat hal ini akan mempengaruhi kandungan oksigen di perairan, kompetisi
pakan, ataupun kompetisi dalam mendapatkan pasangan untuk berkembangbiak. Kepadatan
suatu populasi yang terlalu tinggi bisa menyebabkan dampak negatif bagi
ekosistem, namun dengan menghitung kepadatan kita juga akan mengetahui
perubahan populasi pada suatu waktu tertentu baik itu bertambah atau berkurang.
Densitas populasi dalam
ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara yaitu:
1. Densitas kotor (Crud
density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal seluruhnya.
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi
yaitu jumlah individu suatu populasi per satuan ruang habitat.
Densitas populasi
apabila fluktuasinya diperhatikan maka dapat digunakan untuk menentukan
faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal
dengan istilah faktor kepadatan bebas (density
independent) dan faktor kepadatan tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap anggota populasi secara merata.
Density
dependen merupakan pendorong
terjadinya fluktuasi kepadatan populasi. Secara umum ketersediaan makanan
merupakan density dependen, demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa
migrasi.
Pola rekruitmen merupakan pola dalam
penambahan stok individu dalam populasi. Bila
dikaitkan, maka density independent akan
mempengaruhi pola rekruitmen suatu populasi. Sebuah populasi akan merubah
kebiasaan mereka seiring dengan perubahan lingkungan. Erupsi gunung berapi akan
menimbulkan lahar panas yang mengaliri sungai-sungai dilereng gunung. Erupsi ini
akan membuat beberapa spesies ikan lokal di sungai itu mengalami kepunahan,
sehingga populasinya juga hilang. Kekeringan yang melanda KJA di waduk akan
membuat kadar salinitas meningkat karena suhu panas akan mempercepat evaporasi,
hal ini akan membuat ikan stress dan mati. Hujan deras -apalagi bersifat asam- membuat
perairan bergeser nilai pH-nya kemudian akan berdampak pada populasi ikan yang
peka terhadap perubahan pH. Perubahan iklim yang ekstrem akan membuat
pertumbuhan ikan relatif stagnan atau bergerak lambat. Secara perlahan hal ini
akan membuat jumlah populasi ikan menurun. Perubahan iklim dapat mengubah
rantai makanan laut secara keseluruhan dan sumberdaya perikanan khususnya,
karena perubahan iklim akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan.
Berubahnya rantai makanan akan membuat struktur populasi ikan berubah. Fenomena
ini sudah banyak teramati di Indonesia, antara lain ditandai dengan bergesernya
musim ikan, dan berubahnya fishing ground kelompok ikan jenis tertentu. Suhu perairan
yang tidak stabil akan mempengaruhi distribusi dan kemampuan reproduksi ikan. Terhadap
perikanan budidaya perubahan ini juga akan berdampak antara lain melalui
pengaruh berbahaya kualitas air, peningkatan penyakit pest dan
penyakit-penyakit lainnya.
sumber bahan tulisan:
Handout ekologi
Amarullah, Muhammad Husni. 2008. HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN. J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal. 75 - 80 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043. Peneliti Ekologi Reproduksi Ikan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar